Buying A New Car

There are many things that you must consider when buying a new car. Most will have to do with the car itself such as what model to buy- the options you want to add- and the price of the car. However there is one thing that it always pays to check out first- and that is- who are you buying the car from.

CAR INSURANCE FOR LADY DRIVERS

Car insurance companies prefer lady drivers to their gentlemen counterparts because they are considered as much less risky drivers.It is not that the accident rates of ladies are low. They face as many accidents as males do

AUTO LOAN NEW CAR

Is it time to get a new car? Do you want to purchase a new car to replace your current worn down vehicle? If yes is your answer- then you might want to think about your purchase and getting a loan for your new investment

CAR INSURANCE

America has become a culture of cars-SUV's- minivans and sports coupes. With all this traveling in and out- back and forth around the maze that is the United States infrastructure

DINRIP

If you do have an accident with the outside or the inside of the car - you may have to pay for the cost. You will also only be allowed to put on so many miles in your lease period. This is hard for many people that do drive a lot

Senin, 01 April 2013

Nasihat Salafus Shalih akan Pentingnya Ilmu

Nasehat Salafush Shalih untuk Kaum Muslimin

Berikut ini beberapa atsar yang berisi nasehat dan keterangan akan pentingnya ilmu dan mempelajarinya.

Pertama: Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Ilmu itu lebih baik daripada harta, ilmu akan menjagamu sedangkan kamulah yang akan menjaga harta. Ilmu itu hakim (yang memutuskan berbagai perkara) sedangkan harta adalah yang dihakimi. Telah mati para penyimpan harta dan tersisalah para pemilik ilmu, walaupun diri-diri mereka telah tiada akan tetapi pribadi-pribadi mereka tetap ada pada hati-hati manusia.” (Adabud Dunyaa wad Diin, karya Al-Imam Abul Hasan Al-Mawardiy, hal.48)

Kedua: Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau apabila melihat para pemuda giat mencari ilmu, beliau berkata: “Selamat datang wahai sumber-sumber hikmah dan para penerang kegelapan. Walaupun kalian telah usang pakaiannya akan tetapi hati-hati kalian tetap baru. Kalian tinggal di rumah-rumah (untuk mempelajari ilmu), kalian adalah kebanggaan setiap kabilah.” (Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlih, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr, 1/52)
Yakni bahwasanya sifat mereka secara umum adalah sibuk dengan mencari ilmu dan tinggal di rumah dalam rangka untuk mudzaakarah (mengulang pelajaran yang telah didapatkan) dan mempelajarinya. Semuanya ini menyibukkan mereka dari memperhatikan berbagai macam pakaian dan kemewahan dunia secara umum demikian juga hal-hal yang tidak bermanfaat atau yang kurang manfaatnya dan hanya membuang waktu belaka seperti berputar-putar di jalan-jalan (mengadakan perjalanan yang kurang bermanfaat atau sekedar jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas) sebagaimana yang biasa dilakukan oleh selain mereka dari kalangan para pemuda.

Ketiga: Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Pelajarilah oleh kalian ilmu, karena sesungguhnya mempelajarinya karena Allah adalah khasy-yah; mencarinya adalah ibadah; mempelajarinya dan mengulangnya adalah tasbiih; membahasnya adalah jihad; mengajarkannya kepada yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah; memberikannya kepada keluarganya adalah pendekatan diri kepada Allah; karena ilmu itu menjelaskan perkara yang halal dan yang haram; menara jalan-jalannya ahlul jannah, dan ilmu itu sebagai penenang di saat was-was dan bimbang; yang menemani di saat berada di tempat yang asing; dan yang akan mengajak bicara di saat sendirian; sebagai dalil yang akan menunjuki kita di saat senang dengan bersyukur dan di saat tertimpa musibah dengan sabar; senjata untuk melawan musuh; dan yang akan menghiasainya di tengah-tengah sahabat-sahabatnya.
Dengan ilmu tersebut Allah akan mengangkat kaum-kaum lalu menjadikan mereka berada dalam kebaikan, sehingga mereka menjadi panutan dan para imam; jejak-jejak mereka akan diikuti; perbuatan-perbuatan mereka akan dicontoh serta semua pendapat akan kembali kepada pendapat mereka. Para malaikat merasa senang berada di perkumpulan mereka; dan akan mengusap mereka dengan sayap-sayapnya; setiap makhluk yang basah dan yang kering akan memintakan ampun untuk mereka, demikian juga ikan yang di laut sampai ikan yang terkecilnya, dan binatang buas yang di daratan dan binatang ternaknya (semuanya memintakan ampun kepada Allah untuk mereka). Karena sesungguhnya ilmu adalah yang akan menghidupkan hati dari kebodohan dan yang akan menerangi pandangan dari berbagai kegelapan. Dengan ilmu seorang hamba akan mencapai kedudukan-kedudukan yang terbaik dan derajat-derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat.
Memikirkan ilmu menyamai puasa; mempelajarinya menyamai shalat malam; dengan ilmu akan tersambunglah tali shilaturrahmi, dan akan diketahui perkara yang halal sehingga terhindar dari perkara yang haram. Ilmu adalah pemimpinnya amal sedangkan amal itu adalah pengikutnya, ilmu itu hanya akan diberikan kepada orang-orang yang berbahagia; sedangkan orang-orang yang celaka akan terhalang darinya.” (Ibid. 1/55)

Keempat: Dari ‘Umar Ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Sesungguhnya seseorang keluar dari rumahnya dalam keadaan dia mempunyai dosa-dosa seperti gunung Tihamah, akan tetapi apabila dia mendengar ilmu (yaitu mempelajari ilmu dengan menghadiri majelis ilmu), kemudian dia menjadi takut, kembali kepada Rabbnya dan bertaubat, maka dia pulang ke rumahnya dalam keadaan tidak mempunyai dosa. Oleh karena itu, janganlah kalian meninggalkan majelisnya para ulama.” (Miftaah Daaris Sa’aadah, karya Al-Imam Ibnul Qayyim, 1/77)
Dan beliau juga berkata: “Wahai manusia, wajib atas kalian untuk berilmu (mempelajari dan mengamalkannya), karena sesungguhnya Allah Ta’ala mempunyai selendang yang Dia cintai. Maka barangsiapa yang mempelajari satu bab dari ilmu, Allah akan selendangkan dia dengan selendang-Nya. Apabila dia terjatuh pada suatu dosa hendaklah meminta ampun kepada-Nya, supaya Dia tidak melepaskan selendang-Nya tersebut sampai dia meninggal.” (Ibid. 1/121)

Kelima: Berkata Abud Darda` radhiyallahu ‘anhu: “Sungguh aku mempelajari satu masalah dari ilmu lebih aku cintai daripada shalat malam.” (Ibid. 1/122)
Bukan berarti kita meninggalkan shalat malam, akan tetapi ini menunjukkan bahwa mempelajari ilmu itu sangat besar keutamaannya dan manfaatnya bagi ummat.

Keenam: Dari Al-Hasan Al-Bashriy rahimahullaah, beliau berkata: “Sungguh aku mempelajari satu bab dari ilmu lalu aku mengajarkannya kepada seorang muslim di jalan Allah (yaitu mempelajari dan mengajarkannya karena Allah semata) lebih aku cintai daripada aku mempunyai dunia seluruhnya.” (Al-Majmuu’ Syarh Al-Muhadzdzab, karya Al-Imam An-Nawawiy, 1/21)

Ketujuh: Dari Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullaah, beliau berkata: “Tidak ada sesuatupun yang lebih utama setelah kewajiban-kewajiban daripada menuntut ilmu.” (Ibid. 1/21)

Adapun bait-bait sya’ir yang menjelaskan tentang permasalahan ilmu dan kedudukannya itu sangat banyak dan tidak bisa dihitung, dan di sini hanya akan disebutkan dua di antaranya:
“Tidak ada kebanggaan kecuali bagi ahlul ilmi (orang-orang yang berilmu) karena sesungguhnya mereka berada di atas petunjuk bagi orang yang meminta dalil-dalilnya dan derajat setiap orang itu sesuai dengan kebaikannya (dalam masalah ilmu) sedangkan orang-orang yang bodoh adalah musuh bagi ahlul ilmi.”

Dan sya’irnya Al-Imam Asy-Syafi’i:

تَعَلَّمْ فَلَيْسَ الْمَرْءُ يُوْلَدُ عَالِمًا وَلَيْسَ أَخُوْ عِلْمٍ كَمَنْ هُوَ جَاهِلُ
وَإِنَّ كَبِيْرَ الْقَوْمِ لاَ عِلْمَ عِنْدَهُ صَغِيْرٌ إِذَا الْتَفَّتْ عَلَيْهِ الْجَحَافِلُ
وَإِنَّ صَغِيْرَ الْقَوْمِ إِنْ كَانَ عَالِمًا كَبِيْرٌ إِذَا رُدَّتْ إِلَيْهِ الْمَحَافِلُ

“Belajarlah karena tidak ada seorangpun yang dilahirkan dalam keadaan berilmu, dan tidaklah orang yang berilmu seperti orang yang bodoh. Sesungguhnya suatu kaum yang besar tetapi tidak memiliki ilmu maka sebenarnya kaum itu adalah kecil apabila terluput darinya keagungan (ilmu). Dan sesungguhnya kaum yang kecil jika memiliki ilmu maka pada hakikatnya mereka adalah kaum yang besar apabila perkumpulan mereka selalu dengan ilmu.”

Disadur dari kitab Aadaabu Thaalibil ‘Ilmi hal.18-22, Wallaahul Muwaffiq, Wallaahu A’lam.

Sumber : http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=1012

” Ya ALLAH, sesungguhnya aku ini bukanlah orang yang baik, maka ampunilah diriku dan aku ini bukanlah orang yang kuat, maka berilah kemenangan. Ya Allah, terimalah diriku bersama hamba2 yang Engkau terima amal kebaikannya.”

Sepercik hikmah:

“Orang mulia tidak akan durhaka kepada Allah dan orang bijak tidak akan mengutamakan dunia daripada akhirat.” (Yahya bin Mu’adz*)

Kamis, 01 Maret 2012

antara ILMU dan AMAL

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
dengan menyebut nama ALLAH Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.


sebagaimana kita ketahui bersama, ayat di atas merupakan ayat pertama yang diturunkan pada awal kerasulan Nabi Muhammad saw. turunnya ayat tersebut mempunyai makna dan tujuan tersendiri yaitu untuk menunjukkan keutamaan dan keharusan memprioritaskan ilmu, karena dengan ilmu semua amal dimulai dan dengan ilmu semua amal dibuka, tentu saja ilmu yang berada dalam pangkuan iman kepada Allah.


akhir-akhir ini seringkali umat dihadapkan dengan kerancuan dalam beribadah..
“Jangan melakukan hal tersebut karena itu adalah bid’ah…”
“Antum melakukan hal tersebut berdasarkan apa..?? jangan2 cuman taklid buta…”


Laa hawla wa laa quwwata illa biLLah..

Allah Ta’ala berfirman dalam Alquran:

“yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [Qur'an Surah Al-Mulk ayat 2]


dalam menafsirkan ayat ”yang lebih baik amalnya”, Fudhail bin Iyadh radhiyallahu ‘anha menjelaskan “amal yang terbaik adalah amal yang paling ikhlas dan paling benar, karena amal tidak akan diterima kecuali jika dikerjakan dengan ikhlas dan benar.” saya teringat kembali dengan apa yg disampaikan oleh Imam masjid pada saat Ramadhan kemarin, beliau menyampaikan bahwa amal manusia itu terbagi dalam empat:
(1) amal yg dilakukan karena Allah dan benar
(2) amal yg dilakukan benar namun tidak karena Allah
(3) amal yg dilakukan karena Allah namun tidak benar
(4) amal yg dilakukan bukan karena Allah dan tidak benar
dan dari keempat hal tersebut hanya amal yang dilakukan karena Allah dan benarlah yang diterima oleh Allah. sesorang yang beramal tidak akan bisa melaksanakan suatu amal dengan menghimpun kedua syarat tersebut kecuali dengan ilmu. jika ia tidak mengetahui Tuhannya, ia tidak mungkin dapat mengikhlaskan amalnya untuk Rabb-nya dan jika ia tidak mengetahui apa yang dibawa Rasulullah tentu ia tidak bisa melaksanakan dengan benar sesuai dengan yang telah disyariatkan.

karenanya para ulama mengatakan “orang yang beramal tanpa ilmu seperti orang yang berjalan tanpa penunjuk jalan. dan bahaya yg akan menimpa orang seperti ini jauh lebih besar ketimbang keselamatannya.”
dengan kata lain.. ilmu laksana imam dari amal. setiap amal yang tidak berlandaskan ilmu tidak akan memberi manfaat kepad pelakunya, bahkan ia dapat membahayakan pelakunya karena ia dapat merusak ibadahnya.

dalam Hadis Mu’adz yang terkenal tentang keutamaan ilmu yang disebutkan Ibnu Abdilbar dan lainnya, “Pelajarilah ilmu..!! Karena mempelajarinya adalah khasyyah (takut kepada Allah), mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, membahasnya adalah jihad, mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui adalah sedekah, dan menyampaikan kepada ahlinya adalah qurbah (mendekatkan diri kepada Allah).”


pada akhirnya semoga kita terhindar dari kepungan syubhat yang seringkali menghampiri akibat lemahnya ilmu dan ketidaktajaman mata hati. dan dengan ilmu, semoga kita bisa meningkat dari derajat taklid kepada orang lain kepada pemahaman yang mandiri atas dasar keyakinan yang berlandaskan hujjah dan argumentasi.


رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

Rabbana.. janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami Rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)”. [Qur'an Surah Al-Imran ayat 8]

Hikmah:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. QS An-Nissa ayat 69

lovely1930.multiply.com/journal/item/23

Sabtu, 29 Oktober 2011

dd

dd

Merealisasikan Ilmu dengan Amal Perbuata



Tanyalah pada dirimu sendiri tentang tanda-tanda ilmu yang bermanfaat, apakah tanda-tanda di bawah ini ada pada dirimu? (1) Mengamalkannya, (2) tidak suka dipuji dan menyombongkan diri kepada orang lain, (3) semakin tawadhu’ setiap kali bertambah ilmu, (4) menjauhi cinta kedudukan, popularitas, dan keduniaan, (5) tidak mengklaim dirinya berilmu, (6) berprasangka buruk kepada dirinya sendiri namun berprasangka baik kepada orang lain agar tidak mencela mereka.

Ini adalah ciri-ciri ilmu yang bermanfaat.

Tunaikanlah zakat ilmu, yaitu dengan menegakkan kebenaran, memerintahkan kepada yang ma’ruf, mencegah yang munkar, menimbang antara yang maslahat dengan mudharat, menyebarkan ilmu, suka memberi manfaat dan pertolongan serta kebaikan bagi umat Islam dalam musibah yang menimpa mereka.

Dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Apabila anak Adam meninggal dunia, maka akan terputus amalnya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah (amal yang pahalanya selalu mengalir), ilmu yang bernamfaat, atau anak shaleh yang mendoakannya.” (HR Muslim dan lainnya). Sebagian ulama berkata, “Tiga perkara ini tidak mungkin bisa terkumpul pada diri seseorang kecuali pada seorang ulama yang mengajarkan ilmunya.” Karena, kalau dia mengajarkan ilmu, itu merupakan shadaqah dan orang yang belajar kepadanya adalah anaknya. Maka, perhatikanlah adab ini karena ini adalah buah dari ilmumu. Dan karena keagungan ilmu inilah, maka dia akan semakin bertambah dengan semakin banyak didermakan namun akan berkurang kalau disimpan. Jangan engkau berdalih dengan rusaknya zaman dan banyaknya orang-orang fasiq dan kecilnya manfaat dari sebuah nasihat lalu engkau tidak menjalankan kewajiban menyampaikan ilmu. Kalau itu yang engkau lakukan, maka itu akan menjadikan orang-orang fasiq memperoleh kesempatan emas agar benar-benar bisa meninggalkan perbuatan mulia dan mengangkat bendera kehinaan.

Zakat ilmu itu bisa dengan beberapa cara. Pertama, menyebarkan ilmu. Sebagaimana seseorang bershadaqah denan hartanya, maka seorang yang berilmu bersedhaqah dengan ilmunya. Bahkan, shadaqahnya orang yang berilmu lebih kekal dan sedikit biaya. Sisi lebih kekalnya karena barangkali ada sebuah kalimat saja yang disampaikan oleh seorang ulama, namun didengar oleh orang banyak. Sampai saat ini kita masih bisa mengambil manfaat dari hadits Abu Hurairah ini, tetapi tidak bisa sama sekali mengambil manfaat satu dirham pun yang diinfakkan oleh para khalifah pada masa beliau.

Demikian juga kita bisa mengambil manfaat dari kitab dan ilmu para ulama. Zakat ini tidak akan mengurangi ilmu, bahkan akan semakin menambahnya. Berkata seorang penyair: “Ilmu itu akan semakin bertambah dengan menginfakkannya. Dan akan berkurang jika engkau rapat menyimpannya.”

Juga, di antara zakat ilmu adalah mengamalkannya, karena dengan mengamalkannya, maka ini merupakan cara mendakwahkannya. Orang yang meniru seorang ulama karena amal perbuatannya lebih banyak daripada yang menirunya karena ucapannya. Dan ini merupakan zakat dari ilmu tersebut, karena orang lain akan mengambil manfaatnya.

Di antara zakat ilmu juga adalah menegakkan kebenaran. Ini merupakan salah satu cara menyebarkan ilmu, karena menyebarkan ilmu itu kadang-kadang ada waktu aman, kadang-kadang pada waktu genting. Saat genting itulah seseorang harus menegakkan kebenaran.

Juga, di antara menunaikan zakat ilmu adalah memerintahkan kepada kebenaran dan mencegah dari kemunkaran. Tidak diragukan lagi bahwa ini merupakan zakat ilmu, karena orang yang memerintahkan pada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran pasti dia itu mengetahui mana yang baik dan mana yang munkar, lalu dia menjalankan kewajibannya atas apa yang telah dia ketahui.

Yang dimaksud dengan sesuatu yang ma’ruf adalah semua yang diperintahkan oleh Allah dan rasul-Nya, sedangkan munkar adalah semua yang dilarng oleh Allah dan rasul-Nya. Amar ma’ruf nahi munkar ini dengan tetap menimbang antara maslahat dan mudharatnya, karena kadang-kadang merupakan tindakan yang bijak apabila engkau tidak mencegah sebuah kemunkaran karena ada maslahat yang lebih besar. Oleh karena itu, seseorang harus memandang pada maslahat dan mudharat ini.

Perkataan Syaikh: “Menyebarkan ilmu dan senang memberi manfaat kepada orang lain.” Maksudnya engkau menyebarkan ilmu dengan segala cara, baik dengan ucapan maupun tulisan atau juga dengan cara lainnya. Pada zaman kita sekarang ini Allah telah memudahkan banyak jalan untuk menyebarkan ilmu, maka engkau harus mempergunakan kesempatan ini untuk menyebarkan ilmu yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu. Karena, Allah telah mengambil janji setia kepada ahli ilmu untuk menjelaskannya kepada orang lain dan jangan sampai menyimpannya.

Adapun perkataan Syaikh: “Sebagian ulama berkata: ‘Menyampaikan ilmu itu merupakan shadaqah jariyah bagi seorang ulama dan orang yang belajar kepadanya adalah anaknya’.” Ini merupakan sebuah kesalahan, yang benar bahwa yang dimaksud dengan “shadqah jariyah” adalah bershadaqah dengan harta benda. Adapun bershadaqah dengan ilmu, maka telah disebutkan oleh Rasulullah dalam sabda beliau setelahnya: “Atau ilmu yang bermanfaat.” Adapun sabda beliau: “Atau anak shaleh.” Yang dimaksud adalah anak keturunannya, bukan anak didiknya.

Sedangkan membawa hadits tersebut pada makna bahwa orang berilmu yang mengajarkan ilmunya itu sebagai shadaqah yang kekal, yang akan bisa diambil manfaat sepeninggalnya, lalu murid-muridnya adalah anak-anaknya, maka ini adalah sebuah penafsiran yang sangat sempit terhadap hadits ini.

Sebenarnya hadits ini menunjukkan pada tiga jenis amalan yang bisa diambil manfaatnya oleh seseorang setelah meninggal dunia, yaitu “shadaqah jariyah”. Shadaqah itu ada yang bersifat langgeng dan ada yang bersifat temporer. Misalnya, jika engkau memberikan makanan kepada orang faqir, maka ini adalah shadaqah, tetapi itu shadaqah yang bersifat temporer, namun jika engkau membuat sebuah sumur yang dimanfaatkan untuk minum oleh umat Islam, maka inilah “shadaqah jariyah” (shadaqah yang pahalanya selalu mengalir).

Sebaiknya Syaikh mengatakan: “Karena berkahnya ilmu.” Bahasa ini lebih tepat karena ilmu itu akan semakin bertambah dengan semakin banyak disampaikan.

Kemuliaan para Ulama

Berhias diri dengan keagungan para ulama dengan cara menjaga ilmu dan mengagungkannya serta menjaga kehormatan dan kemuliaannya. Dengan kadar apa yang engkau curahkan untuk ini semua maka engkau akan mampu memperoleh dan mengamalkannya, juga sebaliknya dengan kadar engkau meremehkannya, maka sebatas itu juga akan hilang kemuliaan itu darimu, wala haula wala quwwata illa billaah.

Oleh karena itu, berhati-hatilah jangan sampai engkau turuti kemauan orang-orang yang sombong dan jangan sampai engkau dikendalikan oleh orang-orang bodoh, sehingga engkau lunak dalam memberi fatwa, memutuskan hukum, dan penelitian atau teguran. Serta janganlah engkau berusaha mendapatkan kenikmatan dunia dengan ilmumu dan janganlah engkau berdiri di pintu-pintu mereka serta jangan pula kau sampaikan ilmu ini pada yang bukan ahlinya meskipun dia orang yang berkedudukan tinggi.

Menjaga dan mengagungkan ilmu memanglah sebuah keagungan dan kemuliaan, karena seseorang apabila menjaga ilmunya dari perbuatan hina dan dari menginginkan kepunyaan orang lain, maka ini akan lebih mulia dan lebih agung bagi dirinya. Adapun mengenai seseorang tidak boleh membawa ilmu ini kepada para pengagung kenikmatan dunia, juga tidak menyampaikan kepada yang bukan ahlinya, meskipun dia berkedudukan tinggi, maka perkataan ini perlu diperinci. Yaitu, kalau engkau menyampaikan ilmu tersebut kepada para pengagung kemewahan dunia namun mereka bisa mengambil manfaatnya, maka itu adalah sesuatu yang baik, dan ini masuk dalam kategori amar ma’ruf nahi munkar. Adapun kalau mereka menghina ulama yang menyampaikan ilmu kepada mereka, maka tidak selayaknya ia melakukannya, karena itu adalah penghinaan bagi dirinya sekaligus bagi ilmu yang diembannya. Misalnya ada seorang ulama yang datang kepada mereka, lalu dia menyampaikan beberapa masalah ilmiah, namun mereka mencemooh, maka saat itu tidak layak baginya untuk duduk bersama mereka, karena ini adalah penghinaan bagi dirinya sekaligus bagi ilmu yang dibawanya. Adapun kalau dia berbicara kepada mereka, dan tanggapan mereka baik serta mereka mau menerimanya, maka dalam keadaan seperti ini dia wajib melakukan dakwah kepada mereka. Jadi, tergantung pada keadaan masing-masing.

Pergunakanlah mata dan pikiranmu untuk membaca biografi para ulama yang telah lampau, maka engkau akan mengetahui sebuah usaha keras dalam menjaga kehormatan ulama ini, terutama kitab yang membahas masalah ini, seperti kitab Min Akhlaaqil Ulama’ oleh Muhammad Sulaiman, dan kitab Al-Islam bainal Ulama’ wal Hukkaam oleh ‘Abdul ‘Aziz al-Badri, dan kitab Manaabijul Ulama’ fil Amri bil Ma’ruf wan Nahyi ‘anil Munkar oleh Faruq as-Samurrai.

Dan, saya berharap engkau akan mengetahui lebih banyak dari apa yang telah mereka sebutkan dalam kitab Izzatul Ulama’–semoga Allah memudahkan penyelesaiannya dan penerbitannya. Dahulu para ulama selalu mendiktekan syair Al-Jurjani ‘Ali bin ‘Abdul ‘Aziz (wafat tahun 392 H) sebagaimana akan kita lihat pada orang-orang yang menulis biografinya.

Kitab terbaik dalam masalah ini sepengetahuanku adalah kitab Raudhatul Uqala’ oleh Al-Busni. Meskipun kecil, di dalamnya banyak terkandung faedah dan nasihat para ulama ahli hadits dan lainnya. Kitab ini dulu adalah kurikulum dalam sekolah saat kami masih belajar, yang banyak memberi manfaat bagi siswa.

Awal dari syair yang dimaksud itu adalah sebagai berikut.
“Mereka mengatakan pada dirimu bahwa engkau seorang pengecut.
Sebenarnya yang mereka lihat adalah orang yang mundur dari sebuah kehinaan.
Saya melihat orang-orang kalau ada yang mendekatinya akan terasa hina dalam pandangan mereka.
Dan orang yang merasa tinggi jiwanya maka akan terhormat.
Seandainya para ulama menjaga ilmunya, maka ilmu itu akan menjaganya.
Dan seandainya mereka mau mengagungkannya dalam jiwa mereka, maka mereka akan menjadi terhormat.”

Maksudnya, dia akan menjadi terhormat dalam pandangan manusia, bila mau menjaganya. Namun mereka menghinakannya dan memberikannya pada semua orang.

Memelihara Ilmu

Apabila engkau sudah menduduki jabatan, ingatlah bahwa tali yang mengantarkanmu ke arah itu adalah ilmu yang telah engkau peroleh. Dengan karunia Allah lalu dengan sebab ilmu yang engkau pelajarilah engkau dapat mencapai derajat ini, bisa menjadi seorang guru, ahli fatwa, dan hakim, serta lainnya. Oleh karena itu, tempatkanlah ilmu tersebut pada tempatnya yang layak dan jagalah kehormatannya dengan tetap mengamalkannya. Hindarilah jalan orang-orang yang tidak mengharapkan pahala dari Allah, yaitu orang-orang yang tujuan pokok mereka adalah menjaga kursi jabatannya, mereka melipat lisan-lisan mereka dari mengucapkan kebenaran, juga suka basa-basi karena cintanya pada kekuasaan. Jagalah harga dirimu dengan tetap menjaga agamamu, serta jagalah kehormatanmu dengan perbuatan hikmah, ilmu, dan strategi yang bagus. “Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu, jagalah Allah saat senang, niscaya Allah akan menjagamu saat sulit.”

Mudarah Bukan Mudahanah

Mudahanah adalah akhlak tercela, adapun mudarah bukan tercela, jangan mencampuradukkan antara keduanya, sehingga sikap mudahanahmu akan menjadikanmu bersikap munafik secara terang-terangan. Oleh karena itu, sikap mudahanah inilah yang bisa merusak agamamu.

Mudahanah adalah sikap relah dengan perbuatan tercela yang dilakukan oleh orang lain, serta dia pun membiarkan mereka melakukannya. Adapun mudarah adalah tekad hati untuk mengingkari perbuatan tercela tersebut, namun dia bersikap agak lunak padanya untuk menarik simpatinya atau dia akan menundanya pada waktu lain, sehingga akan tercapai maslahah yang dia inginkan.

Dari sini maka perbedaan antara mudarah dan mudahanah adalah bahwa mudarah itu bertujuan untuk memperbaiki keadaan, hanya saja dengan cara pelan-pelan dan bertahap. Adapun mudahanah adalah sikap menyetujui perbuatan tercela. Lafaz ini diambil dari kata duhn (minyak), karena minyak itu bisa mempermudah banyak urusan.

Sangat Cinta (Gandrung) kepada Kitab

Tentang keutamaan ilmu sudah diketahui oleh banyak orang, karena manfaatnya yang sangat luas. Kebutuhan yang mendesak untuk memperoleh ilmu itu seperti kebutuhan badan terhadap pernapasan. Akan nampak kekurangannya seiring dengan berkurangnya ilmu, demikian juga akan mendapatkan kenikmatan dan kegembiraan pada saat mendapatkannya. Oleh karena itu, para pelajar sangat senang belajar, juga senang untuk mengumpulkan kitab dan memilihnya. Banyak cerita yang berhubungan dengan masalah ini, yang semuanya tercatat pada kitab Khabarul Kitab. Semoga Allah memudahkan penulisan dan pencetakannya. Oleh karena itu, pilihlah kitab-kitab pokok. Dan ketahuilah bahwa salah satu kitab tidak bisa mewakili kitab lainnya. Oleh karena itu, janganlah engkau kumpulkan dlaam perpustakaanmu kitab-kitab yang tidak berharga, terutama kitab-kitab ahli bid’ah, karena itu adalah racun yang sangat berbahaya.

Di antara hal yang harus diperhatikan oleh seorang pelajar adalah mengoleksi kitab. Dan hendaknya kitab yang dia koleksi adalah kitab yang berharga. Namun, kalau gajimu hanya sedikit, maka tidak selayaknya membeli banyak kitab, yang sampai membuatnya berutang untuk membelinya. Ini merupakan perbuatan yang kurang bijak.

Perhatikanlah kitab-kitab pokok yang ditulis oleh para ulama salaf, karena kitab yang ditulis oleh para ulama salaf lebih baik dan berbarakah dibandingkan dengan kitab orang-orang khalaf. Dan hindarilah perpustakaanmu dari kitab-kitab yang tidak ada kebaikannya.

Daftar Kitab dalam Perpustakaanmu

Hendaklah engkau mengoleksid kitab-kitab yang disusun berdasarkan cara pengambilan dalil dan cara memahami alasan di balik ketentuan hukum serta yang mendalami inti dari berbagai permasalahan. Di antara kitab-kitab itu yang terbaik adalah kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rhm. dan murid beliau, Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah rhm. Juga, kitab sebelum dan sesudah masa beliau berdua, yaitu kitab-kitab karya:

  1. Al-Hafizh Ibnu ‘Abdil Bar rhm. (wafat th 463 H), dan kitab beliau yang paling baik adalah At-Tamhiid.
  2. Al-Hafizh Ibnu Quddamah rhm. (wafat th 620 H), dan kitab beliau yang paling bagus adalah Al-Mughni.
  3. Al-Imam an-Nawawi rhm (wafat th 676 H).
  4. Al-Imam adz-Dzahabi rhm. (wafat th 748 H).
  5. Al-Hafizh Ibnu Katsir rhm. (wafat th 774 H).
  6. Al-Hafizh Ibnu Rajab rhm. (wafat th 795 H).
  7. Al-Hafizh Ibnu Hajar rhm. (wafat th 852 H).
  8. Al-Hafizh asy-Syaukani rhm. (wafat th 1250 H).
  9. Al-Imam Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rhm. (wafat th 1206 H).
  10. Kitab-kitab imam-imam dakwah rhm., terutama kitab Ad-Durar as-Sunniyah.
  11. Al-Imam ash-Shan’ani rhm. (wafat th 1182 H), terutama kitab beliau, Subulus Salam.
  12. Al-’Alamah Shiddiq Hasan Khan rhm. (wafat th 1307 H).
  13. Al-’Allamah Muhammad Mukhtar asy-Syinqihi rhm. (wafat th 1393 H), terutama kitab beliau, Adhwaa-ul Bayan.

Cara Berinteraksi degan Kitab

Janganlah engkau membaca sebuah kitab sebelum mengetahui istilah yang dipakai oleh penulisnya, yang sering kali hal ini dijelaskan dalam muqaddimahnya. Oleh karena itu, mulailah membaca sebuah kitab dari muqaddimahnya.

Cara berinteraksi dengan kitab bisa dengan beberapa cara.

  1. 1. Mengetahui judulnya.
  2. 2. Menetahui istilah-istilahnya, dan ini biasanya terdapat dalam muqaddimah. Karena, dengan mengetahui istilah-istilah tersebut, engkau bisa menghemat banyak waktu.
  3. 3. Mengetahui gaya bahasa dan ungkapan penulis. Dalam kitab-kitab ilmiah, engkau akan menemukan banyak istilah atau ungkapan yang membutuhkan perenungan dan pemikiran mengenai maknanya, karena engkau belum terbiasa menghadapinya.

Hal Lain dalam Berinteraksi dengan Kitab

Apabila engkau mendapatkan sebuah kitab, maka janganlah engkau masukkan ke dalam perpustakaanmu kecuali engkau sudah selesai membacanya secara sekilas atau engkau baca muqaddimahnya atau daftar isinya atau beberapa bagian dalam kitab tersebut. Adapun kalau engkau tumpuk saja bersama kitab yang sejenis dalam perpustakaanmu, maka barangkali tahun demi tahun berjalan dan umur pun semakin bertambah sementara engkau tidak sempat menelaahnya. Dan hal ini sering kali terbukti. Hanya Allah Yang Kuasa memberi taufik.

Menyempurnakan Tulisan

Jika engkau menulis, maka sempurnakanlah tulisan itu dengan cara:

  1. Tulisan yang bagus.
  2. Menulisnya sesuai dengan kaidah cara penulisan yang benar (imla’). Banyak kitab yang dikarang untuk membahas masalah ini, di antaranya Kitaabul Imla’ oleh Husain Wali, Qawaa’idul Imla’ oleh ‘Abdus Salam Muhammad Harun dan Al-Mufrad al-Alam oleh Al-Hasyimi.
  3. Memberi titik atau tidak pada huruf yang tepat.
  4. Memberi harakat pada kata yang sulit.
  5. Memberi tanda baca yang benar pada selain ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi.

Sumber: Diringkas dari Syarah Adab dan Manfaat Menuntut Ilmu, terj. Ahmad Sabiq, Lc, editor isi Abu ‘Azzam (Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005); judul asli: Syarah Hilyah Thaalibil ‘Ilmi, Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin (Maktabah Nurul Huda, 2003).

Oleh: Abu Annisa

alislamu.com/artikel/941-merealisasikan-ilmu-dengan-amal-perbuatan.html

Syarat-syarat Menutup Aurat

Syarat-syarat Menutup Aurat Bagi Seorang Wanita

1. Menutup aurat menurut yang telah ditetapkan
Seluruh badan wajib ditutup kecuali muka dan tapak tangan.

2.Pakaian yang longgar
Wanita yang memakai pakaian ketat walaupun menutupi seluruh tubuhnya masih belum memenuhi tuntutan syarak.

3.Pakaian yang tidak jarang
Syarak menetapkan pakaian wanita mestilah tidak jarang sehingga menampakkan bentuk tubuh dan warna kulit.

4.Bukan pakaian yang menarik perhatian
Tidak memakai pakaian yang menarik perhatian orang, contohnya pakaian yang berlainan daripada orang lain sama ada dari segi warna, fesyen dan sebagainya.

5.Tidak menyerupai pakaian orang lelaki atau pakaian orang kafir
Sabda Rasulullah s.a.w yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas yang bermaksud : “Rasulullah s.a.w melaknat lelaki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai lelaki.”

6.Tidak bertabarruj
Tabarruj diertikan sebagai bersolek secara berlebih-lebihan. Selain itu ia membawa erti memperlihatkan keelokan, kecantikannya yang sepatutnya wajib ditutup.

Berdasarkan firman Allah swt dalam surah al-Ahzab ayat 33 yang bermaksud : “Dan hendaklah kamu tetap di rumah mu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku (tabarruj) seperti orang jahiliyyah dahulu.”

Jumat, 01 April 2011

AZAB BUAT WANITA YANG...........


AZAB BUAT WANITA YANG...........

Renungan khususnya untuk para kaum hawa.....

Sayidina Ali ra menceritakan suatu ketika melihat Rasulullah menangis manakala ia datang bersama Fatimah. Lalu keduanya bertanya mengapa Rasul menangis.

Beliau menjawab,

"Pada malam aku diisra'kan, aku melihat perempuan-perempuan yang sedang disiksa dengan berbagai siksaan. Itulah sebabnya mengapa aku menangis. Karena, menyaksikan mereka yang sangat berat dan mengerikan siksanya."

Putri Rasulullah kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya.

"Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih. Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dituangkan ke dalam tengkoraknya.

"Aku lihat perempuan tergantung kedua kakinya dengan terikat tangannya sampai ke ubun-ubunnya, diulurkan ular dan kalajengking.

"Dan aku lihat perempuan yang memakan badannya sendiri, di bawahnya dinyalakan api neraka. Serta aku lihat perempuan yang bermuka hitam, memakan tali perutnya sendiri.

"Aku lihat perempuan yang telinganya pekak dan matanya buta, dimasukkan ke dalam peti yang dibuat dari api neraka, otaknya keluar dari lubang hidung, badannya berbau busuk karena penyakit sopak dan kusta.

"Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar, beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, sedangkan api masuk melalui mulut dan keluar dari duburnya sementara malaikat memukulnya dengan pentung dari api neraka," kata Nabi s.a.w.

Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka disiksa seperti itu?

Rasulullah S.A.W menjawab,

"Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya sehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrimnya.

*Perempuan yang digantung susunya adalah isteri yang 'mengotori' tempat tidurnya.


*Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat kepada suaminya, ia keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang tidak mau mandi suci dari haid dan nifas.

*Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang bukan muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.

*Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia memperkenalkan dirinya kepada orang yang kepada orang lain bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya.

*Perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya ke atas ubun-ubunnya diulurkan ular dan kalajengking padanya karena ia bisa solat tapi tidak mengamalkannya dan tidak mau mandi junub.

*Perempuan yang kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar ialah tukang umpat dan pendusta. Perempuan yang menyerupai anjing ialah perempuan yang suka memfitnah dan membenci suami."

Mendengar itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis.

Pesanan buat akhawat2 yang disayangi(serta untuk diri ini juga):

Allah s. w. t. berfirman yang bermaksud: "Dan katakan kepada perempuan-perempuan yang beriman, supaya mereka menahan sebahagian penglihatan, memelihara kehormatannya dan tiada memperlihatkan perhiasannya (tubuhnya) selain dari yang nyata (mesti terbuka terdiri dari bahagian badannya yang sangat perlu dalam pekerjaan sehari-hari, seperti mukanya dan tapak tangan). Dan hendaklah mereka sampaikan kudungnya ke leher (tutup kepalanya sampai ke leher dan dadanya), dan tiada memperlihatkan perhiasannya (tubuhnya), kecuali kepada suaminya, bapanya, bapa suaminya, anak-anaknya, anak-anak suaminya, saudara-saudaranya, anak-anak saudara lelaki, anak-anak saudara perempuannya, sesama perempuan Islam, hamba sahaya kepunyaannya, laki-laki yang menjalankan kewajubannya tetapi tidak mempunyai keinginan
(terhadap perempuan - umpanya pelayan-pelayan lelaki yang sudah tua dan tiada lagi mempunyai keinginan kepada perempuan) dan kanak-kanak yang belum mempunyai pengertian kepada aurat perempuan. Dan janganlah mereka pukulkan kakinya, supaya diketahui orang perhiasannya yang tersembunyi (misalannya melangkah dengan cara yang menyebabkan betisnya terbuka atau perhiasan seperti gelang/rantai kakinya nampak). Dan taubatlah kamu semuanya kepada Allah s. w. t, Hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.(surah An-Nur ayat 31)

Allah s. w. t. berfirman yang bermaksud:

"Belum sampaikah lagi masanya bagi orang-orang yang beriman untuk khusyuk (taat) hati mereka mematuhi peringatan dan pengajaran (suruhan dan larangan) Allah serta (taat) mematuhi kebenaran (Al-Quran) yang diturunkan (kepada mereka)? Dan janganlah pula mereka menjadi seperti orang-orang yang telah diberi kitab sebelum mereka (Yahudi dan Nasrani), setelah orang-orang itu melalui masa yang lanjut (jauh dari zaman nabi mereka) maka hati mereka menjadi keras
(dari mengikuti perintah/ajaran nabi mereka) dan banyak di antaranya orang-orang fasik. (surah Al-Hadid ayat 16)

Bila ayat menutup aurat turun sahaja semua wanita ketika itu tidak kira dari golongan Ansar mahupun Muhajirin dengan segera menutup aurat masing-masing. Yang ada di pasar, yang ada di rumah, yang sedang dalam perjalanan capai apa sahaja untuk menutup aurat masing-masing dengan SEGERA dan bukannya NANTI DULU. Yang tidak mendapat apa-apa mereka segera memalingkan muka menghadap dinding supaya tiada lelaki terpandang wajah mereka. Itulah kekuatan iman yang ada pada wanita-wanita ketika itu. Tetapi kini segala- galanya telah berubah makin jauh kita dari zaman Rasulullah s. a. w. makin kita jauh dari amalan agama. Dalam ayat yang sama juga Allah s. w. t. menegur kita supaya tidak menjadi seperti ahli kitab sebelum kita (Yahudi dan Nasrani) di mana semakin mereka jauh dari zaman nabi mereka maka semakin kurang mengamalkan agama. Itulah keadaan kita ketika ini. Saudari-saudari seagama dengan kita bukan tidak tahu kewajiban menutup aurat, tetapi oleh kerana kelemahan iman serta sikap acuh tak acuh membuatkan mereka lalai. Perkataan yang biasa kita dengar dari saudari-saudari kita ialah "belum sampai seruan". Seruan apa yang ditunggunya atau seruan dari siapa yang sedang mereka tunggu? Bukankah Allah s. w. t. telah seru untuk menutup aurat sejak 14 abad dahulu lagi. Tetapi kenapa masih tak tutup-tutup lagi?

Lihat lagi ayat di atas Allah s. w. t. berfirman "Katakan kepada orang-orang perempuan yang beriman" Allah s. w. t. dengan khusus gunakan perkataan "beriman" dan bukannya "wahai manusia" kerana segala perintah hanya boleh didukung oleh orang-orang yang beriman sahaja.

Dalam ayat kedua pun sama yang ditujukan ayat-ayat ini adalah kepada orang-orang yang beriman. Kita kata kami beriman dengan Allah s. w. t, Rasul-rasulNya dan, Kitab-kitabNya tetapi apa yang kita ucapkan dan buat adalah sungguh bertentangan. Allah s. w. t. telah menggariskan peraturan dan rasul telah mengajarkannya dan peraturan itu telah termaktub di dalam kalamNya.

Tetapi kenapa masih leka? Kita bimbang kalau-kalau kita dibungkus dengan kain putih sebelum kita sempat menutup aurat.

Maka wahai saudari-saudari seagamaku (YANG BERIMAN), sebelum terlewat rebutlah peluang yang ada jangan tunggu esok amalkan sekarang juga. Bimbang "Esok tiada bagi mu". SENTIASALAH MENGINGATI MATI.Gembirakanlah Allah s. w. t. dan rasulNya dengan mengikut perintah mereka supaya dikala kamu dirundung malang Allah s. w. t. dan rasulNya dapat menggembirakan kamu.

BIAR KAMU TIDAK CANTIK DI MATA PENDUDUK BUMI TETAPI NAMAMU MENJADI PERBUALAN PENDUDUK LANGIT.








You might also like:

Malin Kundang




At one time, there lived a family of fishermen in the coastal area of ​​Sumatra. The family consists of father, mother and a son who was named Malin Kundang. Because the financial condition of the family concern, the father decided to make a living in the country by wading across a vast ocean.

So the Malin and his mother stayed in their hut. A week, two weeks, a month, two months a year even more length, Malin's father also did not return to his hometown. So her mother must replace the position of Malin's father to make a living. Malin including a bright child but a bit naughty. He often chasing chickens and hit him with a broom. One day, when Malin was chasing chickens, she tripped over a stone and a stone hit her right arm injury. Injury has become a trace dilengannya and can not be lost.

After growing up, Malin Kundang feel sorry for her mother who slam the bones for a living to raise themselves. He thinks for a living in the country side in hopes of later when returning to my hometown, he has become a very rich. Malin interested in the solicitation of a merchant ship captain who was once poor now become a very rich.

Malin Kundang the point to his mother. His mother initially less agree with the intention of Malin Kundang, but because it continues to urge Malin, Malin Kundang mother finally agree though with a heavy heart. After preparing the supplies and equipment sufficiently, Malin head over to the dock with escorted by his mother. "My son, if you are already successful and become a wealthy man, do not you forget your mother and this halamannu village, son", said Ms. Malin Kundang while teary-eyed.

Malin ridden ship as far as ever, accompanied by Ms. Malin Kundang wave. During his stay on the ship, Malin Kundang lot to learn about seamanship on the crew that has been experienced. Along the way, suddenly climbed Malin Kundang ships were attacked by pirates. All merchandise traders who were on the ship seized by pirates. Even most of the crew and people on the ship were killed by the pirates. Malin Kundang very lucky he was not killed by the pirates, because when it happened, Malin immediately hid in a small space enclosed by the timber.

Malin Kundang float amid sea, until finally the host ship stranded on a beach. With the rest of the existing power, Malin Kundang walked to the nearest village from the beach. Arriving in the village, Malin Kundang helped by people in the village after previously telling incident that happened to him. Malin village where villagers stranded is very fertile. With tenacity and perseverance in work, over time Malin had become a very rich. He has many fruit merchant ships with the children of more than 100 people. After becoming rich, Malin Kundang marry a girl to become his wife.

News Malin Kundang who has become rich and have been married to the mother also Malin Kundang. Mother Malin Kundang feel grateful and so happy her son has been successful. Since then, the mother of Malin Kundang every day go to the dock, waiting for her son who may return to his hometown.

After a long marriage, Malin and his wife make the voyage with a large and beautiful ship with the crew and a lot of bodyguards. Mother Malin Kundang that every day waiting for his son, saw a very beautiful ship, the entrance to the harbor. He saw two people who were standing on the deck of a ship. He believes that it is her son standing with his wife Malin Kundang.

Malin Kundang stepped down from the ship. He was greeted by his mother. Once close enough, his mother saw right dilengan dozen injured person, the more convinced his mother that he was approached Malin Kundang. "Malin Kundang, my son, why did you go so long without sending you?", He said, hugging Malin Kundang. But what happens then? Malin Kundang immediately release her mother's arms and pushed him up to fall.

"Women do not know myself, as my mother said carelessly," said Malin Kundang at his mother. Malin Kundang pretended not to recognize her mother, because of shame with her mother who is old and wearing tattered clothes. "She was your mother?", Tanya wife Malin Kundang. "No, he was just a beggar who pretended to be admitted as a mom to get my property," Malin said to his wife. Hearing statement and treated arbitrarily by his son, the mother of Malin Kundang very angry. He did not expect him to be rebellious child. Because of mounting anger, Malin's mother tipped his hand, saying "Oh God, if he my son, I sumpahi he became a stone." Not long after the winds roared fierce winds and storms come to destroy the ship master Kundang. After that Malin Kundang body slowly becomes rigid and in time they finally shaped into a rock.

(END)